Rekrutan baru yang didatangkan manajemen Arema di bursa transfer pra-musim 2014 berbuah trophy Menpora Cup 2013, Piala Gubernur Jatim 2013, dan Trofeo Persija 2013. Yang menjadi pertanyaan adalah selama pra-musim yang telah dijalani oleh Arema, efektifkan rekrutan baru tersebut?
Tak seperti tahun lalu, bongkar pasang pemain Arema musim ini terbilang rapi dan tak sporadis dengan merombak total tim terdahulu. Tercatat hanya lima nama yang masuk menggantikan beberapa pemain yang terpaksa dan dipaksa hengkang dari Stadion Kanjuruhan.
Rekrutan baru Arema musim ini didominasi oleh muka lama yang pernah memperkuat Arema di musim sebelumnya. Mulai dari Arif Suyono yang mempersembahkan doble winner Copa Indonesia 2005 dan 2006, hingga Ahmad Bustomi dan Juan Revi yang merupakan skuat juara ISL 2009/2010.
Selain tiga nama tersebut, masih ada legiun asing asal Argentina, Gustavo Lopez dan mantan rekan satu timnya di Persela Lamongan, Samsul Arif. Kelima pemain itu memberikan sumbangsihnya sesuai porsi masing-masing selama laga pra-musim Arema.
Berikut ini akan kami review seberapa besarkah efek yang ditimbulkan oleh lima rekrutan baru Arema tersebut terhadap kualitas permaianan skuat Singo Edan di atas lapangan.
Munculnya nama Arif “Keceng” Suyono sebagai rekrutan baru manajemen Arema sebenarnya merupakan suatu kejutan. Tak banyak yang menyangka bahwa si anak hilang yang telah mengembara ke Sriwijaya FC dan Mitra Kukar itu akan kembali ke bumi Arema.
Jika flashback ke belakang, Keceng ini adalah bagian dari skuat Arema kala mengangkat trophy juara Copa Indonesia dua kali beruntun pada 2005 dan 2006. Harapannya kembali ke Arema tentu ingin mengulang prestasi itu, bahkan ingin lebih baik lagi.
Pemain asli Batu ini sengaja didatangkan manajemen Arema untuk menambal kekurangan sektor gelandang pada saat itu. Penilaian tim pelatih jatuh padanya karena Keceng dianggap mumpuni sebagai seorang winger dan mampu pula berperan sebagai penyerang.
Namun ekspektasi tinggi manajemen, tim pelatih dan Aremania seolah berantakan manakala si pemain malah cedera di turnamen pra-musim. Engkelnya ditebas pemain PDRM FA di laga terakhir Trofeo Persija 2013 yang akhirnya dimenangkan skuat Singo Edan.
Meski keberadanya di tim tak terlalu berpengaruh, semangatnya untuk tetap eksis yang patut diacungi jempol. Dengan kesungguhan hati dan keinginan keras untuk membuktikan diri bahwa dia masih layak mengenakan jersey berlogo kepala singa, Keceng berupaya lekas sembuh.
Ahmad “Cimot” Bustomi hadir kembali ke bhumi Arema untuk membuktikan janjinya dulu saat hengkang ke Mitra Kukar pada musim 2011/2012. Tentu dia tak ingin sekedar kembali, tapi ingin memberikan yang terbaik untuk Arema dan Aremania.
Cimot merupakan salah satu dari anggota skuat juara Arema kala menyabet gelar juara Indonesia Super League 2009/2010. Waktu itu, sosok pemilik jersey 19 ini merupakan tokoh sentral di lini tengah Arema sebagai pengatur serangan.
Kala Arema resmi melepas Egi Melgiansyah yang berpaitan mudik ke kampung halamannya di Jakarta, CEO Iwan Budianto berjanji mendatangkan sosok pengganti yang lebih baik. Akhirnya pilihan IB jatuh pada si Cimot ini.
Insting menyerang dan bertahan yang sama baiknya menjadi nilai plus tersendiri bagi Bustomi sebagai jangkar di lini tengah. Dengan siapa pun dia berpatner, serangan Arema serasa mengalir bagai air, pun sulit tertembus bagai baja.
Arema memetik buah dari kerja keras Cimot selama laga pra-musim. Saat ingin bertahan, tim pelatih tinggal memasangkan Bustomi dengan seorang gelandang jangkar lain, namun jika ingin lebih menyerang, tinggal dorong Bustomi agak ke depan.
Juan Revi Auriqto sempat meredup karirnya kala menjadi alumni Arema angkatan 2010/2011. Namun dia seolah menemukan kembali puncak keemasan karirnya kala menyandang ban kapten PSS Sleman musim 2012/2013 lalu.
Potensi inilah yang kemudian dilirik oleh manajemen Arema untuk berinisiatif membawa pulang pemain kelahiran Sidoarjo itu ke Arema. Malang memang tak asing lagi baginya karena pada musim 2009/2010 silam Revi mempersembahkan gelar juara ISL bagi Arema.
Kehadiran Juan Revi di lini tengah Arema diproyeksikan mengisi kekosongan sektor gelandang yang agak lowong sepeninggal Dedi Kusnandar ke Persebaya Surabaya. Namun tampaknya, masuknya Revi bisa dibilang rekrutan sukses manajemen.
Lini tengah Arema tampak lebih hidup saat tim pelatih memasang Juan Revi berduet dengan siapa pun. Yang jelas, tak ada celah bagi lawan yang dihadapi Arema selama pra-musim lalu untuk menembus si “tembok China” satu ini.
Kerja kerasnya yang tak kenal lelah merebut bola mendapat apresiasi dari Aremania yang menyamakannya dengan sang legenda, Juan Rubio. Kendati keduanya tak memiliki kesamaan posisi, namun gaya Malangan Revi cukup membuat lini tengah Arema aman sementara ini.
Nama Gustavo Fabian lopez sebenarnya sudah sejak lama diteriakkan oleh Aremania ke telinga manajemen mengingat kebutuhan sosok playmaker tim. Namun kedatangan Gusty ke Stadion Kanjuruhan baru bisa direalisasikan awal musim 2014 ini.
Seperti diketahui, klub lamanya, Persela Lamongan memiliki penyerang yang moncer karena keberdaan legiun asing asal Argentina ini. Umpan memanjakan yang sering jadi santapan lezat para bomber itulah yang menarik hati manajemen Arema untuk merekrut Gustavo.
Minimnya gol Arema musim lalu yang tercipta dari kerjasama satu-dua antara lini tengah dengan lini depan dinilai akan teratasi dengan kedatangan seorang pembagi bola handal. Meski sempat berputar-putar mencari, akhirnya pilihan tertuju pada Gustavo Lopez.
Terbukti, lini tengah dan sektor depan Arema selama pra-musim mampu menciptakan gol-gol berkelas yang berasal dari umpan-umpan Lopez. Kerjasamanya dengan duo latino Arema lainnya, Cristian Gonzales dan Alberto Goncalves makin padu dari laga satu ke laga lainnya.
Lini depan Arema sepertinya hampir ketergantungan terhadap pemilik jersey nomor 8 ini. Hal tersebut terlihat saat Gusty tak diturunkan oleh tim pelatih sehingga Arema agak kesulitan mencetak gol dari tusukan langsung dari tengah.
Andai tak ada halangan kala itu, sejak musim 2012/2013 lalu Samsul Arif Munip sebenarnya sudah mengenakan jersey kebesaran milik Arema. Namun manajemen Arema mengakui bahwa tak gampang mendaratkan mantan bomber Persela itu ke kadang singa.
Ingin mengembalikan pakem yang mengandalkan penyerang sayap, akhirnya terpilihlah sosok penyerang kelahiran Bojonegoro itu. Seperti diketahui, era juara lalu Arema bermain dengan mengandalkan dua sayap yang mengapit satu striker tunggal.
Pada saat pertama kali kedatangan Samsul ke bumi Arema sekaligus menimbulkan pertanyaan di benak Aremania yang berpikir bahwa pemain di sektor sayap sangatlah melimpah. Alhasil, Greg Nwokolo pun terpaksa harus terbuang ke Persebaya Surabaya.
Samsul ini termasuk pemain yang licin dan sulit ditebak ke mana arah di akan menggiring si kulit bundar. Bedanya dengan si Greg, Samsul paham betul kapan saat mengumpan dan kapan saat harus menendang bola langsung ke arah gawang lawan.
Total tujuh gol di sepanjang laga Arema di pra-musim lalu cukup bagi Samsul untuk menebar pesan singkat bahwa dia sanggup menggoyang penguasa top skor musim depan. Layak untuk kita tunggu pembuktiannya mengamankan satu posisi bomber inti Arema.